“Enak ngontrak atau nyicil KPR?” Jika pertanyan tersebut dilontarkan pada saya, saya akan abstain. Sebab, keduanya sama-sama enak.
Enaknya dimana?
Ngontrak itu enak. Lokasinya bisa dipilih, dekat dari tempat kerja, akses jalan yang memadai, tempat yang strategis bisa menghidupkan ekonomi. Umpamanya, bisa buka warung dan usaha dan kemudahan lainnya. Jika tidak serasi, tinggal pindah.
Nyicil KPR juga enak. Setelah lunas rumah jadi milik sendiri. Banyak orang terlena, keenakan ngontrak, atau tinggal di rumah dinas gratis, hingga tidak terbebani oleh cicilan. Eh …, setelah pensiun tahu-tahu belum punya rumah.
Tidak enaknya?
Ngontrak tidak enak jika lingkungannya kurang bagus, ibu dan Bapak kosnya kasar punya anak kecil yang sering mengganggu, bising, dan lain sebagainya. Mau pindah, tidak ada tempat yang cocok, jauh dari tempat kerja. Mungkin kondisi ini hanya ada di pedesaan. Beda cerita dengan di kota.
Nyicil KPR juga tidak enak. Setiap bulan terbebani oleh utang entah kapan akan lunas. Kami pernah mengalami. Suami saya angkat kredit tahun 1996 untuk 1 unit rumah RSS tipe 36, berlokasi di kota Jambi. Per bulannya Rp 60 ribu jangka 10 tahun. Waktu itu gaji pokok beliau sebagai PNS cuman Rp 200-an ribu.
Saya sempat protes. Untuk apa ambil KPR, toh kami sudah menempati rumah sendiri di Kerinci. Dia tetap bersikeras, katanya untuk investasi. Ntar kalau anak-anak kuliah di kota Jambi, bisa tinggal di rumah sendiri. Ya …, sudah. Akhirnya saya nunut.
Emaaak …. Tahun-tahun pertama nyicil lumayan tersiksa. Dua setoran harus dibayar setiap bulannya, KPR dan pinjaman bank. Mana si sulung udah SMA dan siap-siap akan kuliah, bungsu kelas 6 SD.
Kondisi berangsur stabil
Tahun ke dua dan selanjutnya kondisi mulai stabil dan agak enakan. Rumah Perumnas sudah ada yang ngontrak, cukup terbantu untuk bayar cicilan. Lama kelamaan, tarif kontrakan mrangkak naik, melebihi nilai setoran kredit, seiring dengan semakin kecilnya harga duit 60 ribu.
Nah, di sini lah enaknya Nyicil KPR. Awalnya terasa berat, lama-lama seringan kapas. Judulnya sensara membawa nikmat.
Kesimpulan dan Penutup
Punya rumah sendiri atau ngontrak adalah pilihan. Namun, berdasarkan pengalaman seperti yang kebanyakan orang saya paparkan di atas, topik pilihan KPR atau Ngontrak ini terjawab dengan “Lebih enak ngambil KPR.”
Bagi kami-kami di pedesaan, punya rumah itu adalah harga diri dan kebanggaan anak-anak. Apalah arti duit banyak emas berkilo, mobil bagus, jika masih tinggal di kontrakan atau numpang di rumah mertua. Tak heran, target pertama bagi pasangan suami istri setelah menikah adalah membangun rumah.
Seorang Emak-emak pernah terang-terangan menyemangati anak cowoknya begini, “Ngapain kamu minder dengan putri si Anu tuh. Orang tuanya aja tak punya rumah.” Subhanallah.
Demikian artikel Ngontrak atau Nyicil KPR ini ditulis Tim Marcom Kraton Superblock sebagai sharing, dan dapat dipetik hikmahnya semoga bermanfaat.
Kraton Superblock – Enrich Your Living
#Kratonsuperblock
#Perumahansidoarjo